RSUD Genteng Imbau Masyarakat Waspadai Penyakit Jantung Koroner

$rows[judul]

BANYUWANGI - RSUD Genteng kembali mengingatkan masyarakat Banyuwangi akan bahaya penyakit jantung koroner, salah satu penyakit kronis yang masih menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. 

Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan plak aterosklerotik pada pembuluh darah koroner yang terjadi secara perlahan selama bertahun-tahun. 

Ketika plak menumpuk dan menyebabkan penyempitan, aliran darah ke otot jantung akan terganggu dan dapat memicu serangan jantung.


Baca Juga : RSUD Genteng Sediakan Skrining ROP, Selamatkan Penglihatan Bayi Prematur

Plt. Direktur RSUD Genteng, dr. Sugiyo, menjelaskan bahwa gejala serangan jantung tidak selalu tampak berat. Banyak kasus serangan jantung ringan justru disalahartikan sebagai masuk angin, angin duduk, atau keluhan lambung. “Jika pembuluh darah tersumbat mendadak, pasien dapat mengalami nyeri dada, sesak, hingga syok. Pada kasus berat, serangan jantung bisa menyebabkan kematian mendadak,” tegasnya.

Menurut dr. Sugiyo, penumpukan plak koroner sebenarnya dapat dicegah dan diperlambat dengan pengobatan serta pola makan yang tepat. Kolesterol jahat atau LDL menjadi faktor utama yang harus dikendalikan. 

Namun, ia menekankan bahwa tidak semua jenis lemak harus dihindari. Tubuh tetap membutuhkan lemak sehat untuk pembentukan sel, hormon, fungsi otak, dan produksi vitamin D.

Ia menyarankan masyarakat memperbanyak konsumsi lemak tak jenuh tunggal dan ganda, seperti yang terdapat pada alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun, serta ikan berlemak seperti tongkol, lemuru, dan salmon yang tinggi omega-3. Sebaliknya, lemak jenuh dan lemak trans perlu dikurangi karena berpotensi meningkatkan kadar LDL. 

“Minyak sawit mengandung lemak jenuh tinggi, begitu pula makanan kemasan, gorengan, dan kue dengan margarin. Konsumsinya harus dibatasi,” ujarnya.

Selain lemak, asupan gula dan karbohidrat berlebih juga berkontribusi terhadap peningkatan kolesterol. Makanan seperti nasi, roti, dan minuman manis jika dikonsumsi melebihi kebutuhan akan diubah menjadi lemak oleh tubuh. Gorengan juga menjadi perhatian karena kalorinya tinggi—bahkan satu pisang goreng bisa setara sepiring nasi. 

“Jika kalori harian melebihi kebutuhan, sisanya akan disimpan sebagai lemak. Hal ini memicu peningkatan kadar kolesterol dan kesulitan menurunkan berat badan,” tambahnya.

Untuk mengelola kadar kolesterol, dr. Sugiyo menganjurkan konsumsi makanan tinggi serat seperti buah dan sayur, serta rutin berolahraga agar kadar kolesterol baik (HDL) meningkat. Ia juga merekomendasikan konsultasi dengan ahli gizi sebelum memulai pola makan tertentu, agar perubahan gaya hidup dapat diterapkan secara tepat dan berkelanjutan.

“Kami membuka layanan konsultasi kesehatan jantung bagi masyarakat Banyuwangi melalui Poli Jantung, ayo berobat ke RSUD Genteng,” pungkasnya. (*)