Festival Merdeka 2025 Banyuwangi: Ribuan Lampion Hiasi Malam, Nasionalisme Berpadu Budaya Lokal

$rows[judul]

Banyuwangi - Malam di pusat kota Banyuwangi berubah menjadi kaleidoskop warna saat Festival Merdeka 2025 berlangsung meriah. Sepanjang Jalan Ahmad Yani hingga Taman Blambangan, ribuan warga memadati trotoar untuk menyaksikan pawai lampion dan sepeda hias yang menampilkan perpaduan semangat nasionalisme dan kearifan lokal.

Acara yang digelar bertepatan dengan peringatan Hari Pramuka dan menyambut HUT ke-80 Kemerdekaan RI itu menampilkan peserta dari berbagai sekolah. Puluhan barisan pelajar tampil rapi mengenakan seragam pramuka, sementara kelompok lain memukau dengan kostum adat dan dekorasi lampion yang kreatif.

Salah satu tontonan paling menarik datang dari SMPN 2 Banyuwangi yang mengangkat tema Gelar Adat Sunatan Masyarakat Suku Osing. Menurut Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, Dedy Sulaiman, pilihan tema bertujuan menumbuhkan kecintaan pelajar terhadap budaya sendiri sebagai basis nasionalisme. 


Baca Juga : Karnaval Kebangsaan HUT ke-80 RI di Banyuwangi: 1.250 Pelajar Tampilkan Ragam Budaya Nusantara

“Kami ingin mengkolaborasikan semangat nasionalisme berawal dari kecintaan pada daerahnya sendiri, Banyuwangi,” ujar Dedy.

Tak sekadar estetika, ornamen lampion dan sepeda hias menampilkan simbol khas pramuka seperti Burung Garuda dan lambang tunas kelapa. Peserta juga ditantang menunjukkan keterampilan pionering seni merangkai tongkat dan tali menjadi bentuk tertentu, dimana beberapa kelompok mempresentasikan karya berbentuk burung garuda yang rapi dan fungsional.

Festival ini melibatkan ratusan pelajar dari SMPN 2 sendiri tercatat 115 siswa turun dalam pawai malam. Menariknya, beberapa siswa yang siangnya tampil dalam Karnaval Kebangsaan tetap antusias mengikuti parade malam, menunjukkan energi tinggi pelajar dalam rangkaian perayaan kemerdekaan. 

“Tahun ini antusiasnya luar biasa. Siswa dan orang tua bahkan rela tampil dua kali dalam sehari,” tambah Dedy.

Rute pawai sejak sore hingga malam menjadikan Jalan Ahmad Yani sebagai titik kumpul warga. Sorak-sorai, tepuk tangan, dan kilauan lampu dari ribuan lampion menemani tiap kelompok saat melintas menuju Taman Blambangan. Penonton tak hanya terhibur oleh warna dan kostum, tetapi juga oleh fragmen pendek yang menyisipkan narasi sejarah dan makna nasionalisme dalam balutan tradisi.

Penyelenggara menilai Festival Merdeka berhasil menjadi media pendidikan nonformal selain menumbuhkan rasa cinta tanah air, kegiatan ini juga mengajarkan kerja sama, kreativitas, dan kecakapan teknis seperti pionering. Kepala sekolah, guru, dan orang tua bekerja sama menyiapkan konsep hingga dekorasi, menjadikan event ini sebagai kerja kolektif komunitas pendidikan dan masyarakat.

Festival Merdeka 2025 menutup malam dengan suasana hangat lampion-lampion yang perlahan berbaris, senyum siswa yang lelah namun puas, serta tepuk tangan warga yang menggema di Taman Blambangan. Bagi banyak pihak, acara ini bukan sekadar perayaan tahunan tetapi juga pengingat bahwa nasionalisme paling kuat ketika berakar pada penghargaan terhadap kebudayaan lokal. (*)