Banyuwangi - Suasana meriah menyelimuti jalanan Banyuwangi saat Karnaval Kebangsaan dalam rangka HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia. Sekitar 1.250 pelajar dari 25 sekolah tingkat SMP/MTs dan SMA/MA/SMK negeri dan swasta unjuk kreativitas menampilkan kekayaan budaya Nusantara melalui kostum, tarian, dan fragmen teatrikal.
Parade yang berangkat dari halaman Kantor Pemkab Banyuwangi dan berakhir di Taman Blambangan itu dibuka oleh penampilan drumband yang rapi, diikuti barisan pembawa bendera Merah Putih, lalu kontingen sekolah yang menampilkan ragam daerah.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Suratno, menjelaskan setiap sekolah mengikutsertakan 50 siswa sehingga total peserta mencapai sekitar 1.250 orang.
“Karnaval ini bukan sekadar pawai. Lewat penampilan budaya, kami ingin menumbuhkan kecintaan pada bangsa sekaligus memberi ruang belajar budaya bagi pelajar,” kata Suratno.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, yang melepas peserta, menekankan makna kebangsaan dan kebhinekaan dalam kegiatan tersebut. “Jadikan momen ini untuk merawat kebhinnekaan. Keragaman bukan penghalang, melainkan kekuatan membangun Banyuwangi,” tegasnya di sela-sela acara.
Rangkaian kontingen menampilkan representasi budaya dari berbagai wilayah Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Kalimantan, Bali, Madura, Banten, Lombok, Sunda, dan daerah lain. Setiap kelompok tidak hanya mengandalkan kostum, tetapi juga menyertakan fragmen tradisi: dari ritual dan upacara adat hingga tarian klasik yang disusun secara teatrikal.
Salah satu penampilan menarik datang dari SMPN 3 Banyuwangi dengan tema adat Sulawesi Selatan. Selain kostum khas, mereka mempresentasikan Mappadendang, ritual masyarakat Bugis yang menggambarkan rasa syukur atas hasil panen.
SMPN 1 Banyuwangi menampilkan prosesi Bali lengkap dengan melasti dan potongan tari Kecak yang mengisahkan legenda setempat ditampilkan dengan energi dan tata musik yang memukau.
Rute parade dipadati ribuan warga yang rela berdiri di trotoar dan pinggir jalan untuk menyaksikan. Sorak-sorai dan tepuk tangan sering menggema ketika kelompok menampilkan atraksi puncak mereka. Panitia karnaval juga menyiapkan area penilaian untuk memilih kontingen terbaik kegiatan ini sekaligus menjadi ajang lomba antar-sekolah dalam rangka menggerakkan partisipasi siswa.
Kepala Bidang Sekolah Menengah Pertama Dispendik, Didik Eko Wahyudi, menilai karnaval punya nilai edukatif tinggi.
“Anak-anak tidak hanya mendapat pengalaman tampil, tetapi juga belajar tentang keragaman budaya Indonesia secara langsung," tuturnya.
Penutup acara di Taman Blambangan diwarnai sambutan singkat dari Pemerintah Kabupaten dan foto bersama peserta. Selain meriah, karnaval ini dinilai berhasil memperkuat pesan persatuan dan kecintaan pada budaya pesan yang diharapkan tetap hidup di kalangan generasi muda Banyuwangi. (*)