Banyuwangi – Inovasi dalam memajukan Pendidikan di Kabupaten Banyuwangi, salah satunya dengan gelaran Festival Kita Bisa di Aula SD Model Banyuwangi, dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional.
Anak-anak dari berbagai sekolah memamerkan hasil karya mereka di stan-stan yang berjajar di sepanjang venue. Karya-karya tersebut meliputi kain batik, anyaman dari limbah plastik, aneka kerupuk, snack, robot bertenaga surya, hingga tempat sampah yang menggunakan sensor gerak.
Salah satu siswa bernama Ibrahim dari SMPN 3 Banyuwangi, yang memiliki borderline, menunjukkan kemampuannya dalam bidang coding dengan membuat game Pin Ball dibimbing oleh guru pendampingnya.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyatakan bahwa Festival Kita Bisa telah menjadi agenda rutin di Banyuwangi sebagai panggung aktualisasi bagi para anak muda difabel.
"Ini salah satu wujud komitmen pemerintah kabupaten untuk memberikan akses pendidikan yang sama kepada anak-anak muda daerah," ujar Ipuk.
Sejak 2013, Pemkab Banyuwangi telah mewujudkan sekolah inklusi yang ramah bagi para penyandang disabilitas. Hingga saat ini, semua sekolah negeri dari tingkat PAUD hingga SMA sederajat telah berstatus inklusif.
Pemkab Banyuwangi juga telah meluncurkan inovasi Si-Denakwangi (Aplikasi Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus Kabupaten Banyuwangi). Aplikasi ini digunakan untuk mendeteksi jenis ketunaan peserta didik berkebutuhan khusus.
Dengan identifikasi tersebut, layanan dan pembelajaran yang diterapkan oleh para guru pendamping khusus (GPK) dapat disesuaikan dengan kondisi anak didik berkebutuhan khusus, diharapkan dapat memaksimalkan prestasi mereka.
"Pemkab juga rutin menggelar rembug anak dan ABK untuk menjaring aspirasi mereka guna dijadikan bahan penyusunan kebijakan daerah. Lewat rembug ini, kita berharap aspirasi mereka bisa terakomodir," pungkasnya. (*)